Gambar Sampul Seni Budaya · BAB 7 PERSIAPAN PEMENTASAN SENI TEATER
Seni Budaya · BAB 7 PERSIAPAN PEMENTASAN SENI TEATER
Sem Cornelyus Bangun, dkk

24/08/2021 12:07:34

SMA 11 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

106

Semester 1

Alur Pembelajaran

Pada pelajaran Bab 7 peserta didik peduli dan melakukan

aktifitas berkesenian, yaitu

1.

Men

diskripsikan berbagai teknik dasar akting teater,

2.

Men

gidentifikasi tehnik dasar akting teater berdasarkan

olah suara, olah tubuh dan olah rasa,

3.

Men

geksplorasi teknik dasar akting teater berdasarkan

olah suara, olah tubuh dan olah rasa,

4.

Men

gasosiasi teknik dasar akting teater besdasarkan

olah suara, olah tubuh dan olah rasa dengan sikap dan

kehidupan sosial budaya di masyarakat, dan

5.

Men

gomunikasikan teknik dasar akting teater

berdasarkan olah suara, olah tubuh dan olah rasa

secara sederhana dengan bahasa lisan maupun tulisan.

Amatilah gambar berikut dengan seksama!

1.

Apakah kamu pernah melihat pementasan teater Barat?

2.

Ap

akah kamu pernahbermain teater?

3.

Ba

gaimana aktingmu ketika, jika kamu bermain teater?

4.

Ba

gaimana pendapatmu setelah melihat gambar

pertunjukan teater berikut ini?

Persiapan Pementasan

Seni Teater

BAB

7

107

Seni Budaya

Sumber: Michal Daniel

Gambar 7.1

Pementasan

Mother Courage and Her

Children (Ibu Berani dan

Anaknya), karya Bertold

Brecht. Sutradara Tony

Kushner. Meryl Streep

berperan sebagai

Mother

.

Aktivitas Mengamati

1.

Kamu dapat mengamati pertunjukan teater dari sumber

l

ain seperti internet, menonton pertunjukan melalui

VCD/DVD, dan sumber belajar lainnya.

2.

Ka

mu dapat mengamati pertunjukan teater di daerahmu,

namun kamu juga dapat mengamati pertunjukan dari

daerah lain.

Format diskusi hasil pengamatan pertunjukan teater

Nama anggota

:

Na

ma pertunjukan teater yang diamati

:

Ha

ri/tanggal pengamatan

:

No.

Aspek yang diamati

Uraian hasil pengamatan

1.

Tehnik olah suara

2.

Teknik olah tubuh

3.

Teknik olah rasa

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

108

Semester 1

Aktivitas Menanyakan

Setelah mengamati pertunjukan teater dari sumber lain

seperti internet, menonton pertunjukan melalui VCD/

DVD, dan sumber belajar lainnya, kamu dapat melakukan

diskusi dengan teman.

1.

Ben

tuklah kelompok diskusi 2 sampai 4 orang.

2.

Pi

lihlah seorang moderator dan seorang sekretaris untuk

mencatat hasil diskusi.

3.

Un

tuk memudahkan mencatat hasil diskusi gunakanlah

table yang tersedia, kamu dapat menambahkan kolom

sesuai dengan kebutuhan.

Aktivitas Mengasosiasi

1.

Setelah kamu berdiskusi berdasarkan hasil mengamati

p

ertunjukan teater dari berbagai sumber bacalah konsep

tehnik akting.

2.

Ka

mu dapat memperkaya dengan mencari materi dari

sumber belajar lainnya.

A.

Teknik Dasar Akting Teater

1.

Aktor dengan Suara dan Tubuhnya

D

alam pekerjaan sehari-hari seorang aktor-aktris, ia akan

berhadapan dengan berbagai masalah yang menyangkut suara

dan tubuhnya. Berbagai perasaan yang berkecamuk dibatin

tokoh yang diperankan, harus mampu dilahirkan melalui suara

dan tubuhnya. Kondisi-kondisi badaniah yang dihadapi tokoh

harus mampu dikemukakan dengan memanfaatkan suara dan

tubuhnya. Melalui suara dan tubuhnyalah seorang aktor-aktris

berkomunikasi. Dengan suara dan tubuhnya, yang terdiri dari

bagian-bagian, ia harus mampu bercerita. Dan ceritanya ini

harus dapat meyakinkan orang lain.

Banyak yang dituntut dari segi suara dan fisik. Sebanyak

tuntutan yang ada dari segi kejiwaannya. Bagi seorang aktor-

aktris teater, kondisi suara dan fisik yang prima menjadi syarat

mutlak. Ia tidak perlu bersuara merdu bagai biduan dan berbadan

bagai seorang binaragawan, atau ratu kecantikan. Tidak perlu

baginya untuk bersuara alto atau sopran, atau berpotongan

109

Seni Budaya

tubuh bagaikan seorang pesenam. Suara boleh biasa-biasa saja

dan tubuhnya boleh berbentuk bagaimana saja, sesuai kebutuhan

tokoh yang diperankan. Ia bisa bersuara cempreng, bertubuh

kurus tinggi, pendek gemuk, besar tegap atau sedang-sedang

saja dan berbagai bentuk suara dan tubuh yang dapat kita

jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi dari dirinya dibutuhkan kesiapan yang mutlak.

Sebaiknya suara dan tubuhnya siap pakai dalam kondisi seperti

apapun juga. Kelenturan suara dan tubuh, keluwesan gerak,

kemampuan untuk berpasif dengan seluruh tubuhnya, atau

kesanggupan untuk bersikap tak melawan dan berbagai sikap

serta perbuatan lainnya harus mampu dilahirkannya. Dan ini

semua harus logis, jelas dan tegas. Untuk segalanya inilah,

maka dari dirinya dituntut untuk senantiasa melatih suara

dan tubuhnya.

Salah satu usaha untuk itu ialah latihan olah suara dan

latihan olah tubuh. Kemudian kita bertanya, dapatkah suara dan

tubuh diolah? Kalau seorang aktor-aktris mau melihat pada suara

dan tubuhnya sebagaimana seorang seniman keramik melihat

tanah liat. Maka dapatlah ia mengolah suara dan tubuhnya.

Sebagaimana si seniman keramik, menyiapkan adonan tanah liat

yang diaduk-aduknya dan diremas-remas sebelum membentuk

benda yang ingin dibuatnya. Demikian pula sikap aktor-aktris

terhadap suaranya dan tubuhnya.

2.

Ola

h Suara

Suara pemain teater menempuh jarak yang lebih jauh

dibanding dengan suara pemain film dan sinetron. Karena

suara pemain teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan

main, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton.

Pertunjukan yang secara visual baik, kalau suara pemainnya tidak

cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan

ceritanya. Pertunjukan yang secara visual buruk, kalau ucapan

pemainnya cukup terdengar oleh penonton, maka penonton

masih bisa menikmati jalan cerita dari pertunjukan tersebut. Ini

menunjukkan bahwa, suara mempunyai peranan yang cukup

penting. Agar tujuannya tercapai, pemain teater harus melatih:

1.

Kej

elasan ucapan. Agar setiap sukukata yang ia ucapkan

cukup terdengar.

2.

Te

kanan ucapan. Agar isi pikiran dan isi perasaan dari

kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan.

3.

Kera

snya ucapan. Agar kalimat yang ia ucapkan cukup

terdengar oleh seluruh penonton.

1.

Me

latih Kejelasan Ucapan

a.

La

tihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

110

Semester 1

dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik.

b.

La

tihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi

tempo, cepat dan lambat: “

sengseng tengtes sresep brebeeet

... maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warna-

warni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah

popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah

makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya

pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai

menuju jalan layang bebas hambatan kemudian melilit

bangunan-mangunan mewah disekitar pondok indah cinere

bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas

sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas ...

2.

Me

latih Tekanan Ucapan

Tekanan ucapan ada tiga macam; 1). Tekanan Dinamik. 2).

Tempo. 3). Tekanan Nada.

a.

Te

kanan Dinamik

Tekanan Dinamik ialah keras-pelannya ucapan.

Gunanya untuk menggambar isi pikiran dan isi perasaan

dari kalimat. Contohnya; “Hari minggu saya ke toko buku”

(artinya, bukan hari senin atau hari selasa). “Hari minggu

saya ke toko buku” (artinya, bukan adik saya atau kakak

saya). “Hari minggu saya ke toko buku” (artinya bukan

ke toko pakaian atau ke toko makanan).

b.

Te

kanan Tempo

Tekanan Tempo ialah cepat-lambatnya ucapan.

Gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk

menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat.

Contohnya:

1)

“H

a-ri Ming-gu saya ke toko buku”

2)

“H

ari Minggu sa-ya ke toko buku”

3)

“H

ari Minggu saya ke to-ko bu-ku”

c.

Te

kanan Nada

Merupakan lagu daripada ucapan, contohnya; “Wah,

kamu pandai sekali!” atau “Gila, ternyata dia bisa menjawab

pertanyaan yang sesulit itu!”

3.

Me

latih Kerasnya Ucapan

Teknik ucapan pemain teater lebih rumit dibanding

dengan tehnik ucapan bagi pemain film dan sinetron. Ucapan

pemain teater tidak hanya dituntut jelas dan menggambarkan

isi pikiran dan isi perasaan, tetapi juga harus keras, karena

ucapan pemain di atas panggung menempuh jarak yang lebih

jauh. Untuk itu kerasnya ucapan harus dilatih. Adapun cara

melatihnya bisa dengan berbagai macam cara. Diantaranya;

111

Seni Budaya

a.

Mengucapkan kata atau kalimat tertentu dalam jarak 10

m

eter atau 20 meter. Dalam latihan ini, yang harus selalu

dipertanyakan ialah: a). Sudah jelaskah? b). Sudahkah

menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan? c). dan

pertanyaan yang terpenting, sudah wajarkah?

b.

La

tihan mengguman. Gumaman harus stabil dan konstan.

Kemudian gunakan imajinasi dengan mengirim gumaman

ke cakrawala. Bayangkan “gumaman” yang dikeluarkan

lenyap di cakrawala.

Ketiga teknik ucapan di atas (kejelasan ucapan, tekanan

ucapan dan kerasnya ucapan), pada dasarnya adalah satu kesatuan

yang utuh ketika seseorang berbicara atau berdialog. Ketiganya

saling mengisi dan melengkapi. Sebelum melatih ketiga tehnik

ucapan di atas, sebaiknya dilakukan pemanasan terlebih dahulu.

Misalnya, dengan mengendurkan urat-urat pembentuk suara,

urat-urat leher, dan membuat rileks seluruh anggota tubuh.

3.

Ola

h Tubuh

Bentuk tubuh kita, dan cara-cara kita berdiri, duduk

dan jalan memperlihatkan kepribadian kita. Motivasi-motivasi

kita untuk melakukan gerak lahir dari sumber-sumber fisikal

(badaniah), emosional (perasaan), dan mental (pikiran), dan

setiap tindakan (

action

) kita berasal dari satu, dua atau tiga

macam desakan hati (impuls). Banyak sekali interaksi atau

pengaruh timbal-balik dan perubahan urutan yang tak habis-

habisnya.

Tubuh kita kedinginan dan bergetar, kita merasakan

dingin dan sengsara, maka kita berkata: “dingin”. Pengalaman

badaniah kita memberi petunjuk bagi perasaan dan pikiran

kita. Kita diliputi kegembiraan, maka kita melompat, menari

dan menyanyi. Aliran perasaan yang meluap meledak ke dalam

bentuk aktifitas badaniah. Seorang aktor tidak akan bergerak

demi gerak itu sendiri dan tidak membuat gerak indah demi

keindahan. Bila dari dirinya diminta agar menari, maka ia akan

melakukannya sebagai seorang tokoh tertentu, pada waktu,

Sumber: Dok. Teater

Tanah Air

Gambar 7.2

Latihan Olah

Suara, (tekanan ucapan,

kejelasan ucapan dan

kerasnya ucapan).

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

112

Semester 1

tempat dan situasi tertentu. Latihan olah tubuh bagi seorang

aktor adalah suatu proses pemerdekaan.

Tulang punggung dapat menyampaikan pada para penonton

berbagai kondisi yang kita alami, apakah lagi tegang atau tenang,

letih atau segar, panas atau dingin, tua atau muda, dan ia juga

membantu keberlangsungan perubahan sikap tubuh dan bunyi

suara kita. Secara anatomis bagian-bagian tulang punggung

terdiri dari:

a.

7 bu

ah ruas tulang tengkuk

b.

12 bu

ah ruas tulang belakang

c.

5 bu

ah ruas tulang pinggang

d.

5 bu

ah ruas tulang kelangkang bersatu dan 4 ruas tulang ekor.

Atau rinciannya sebagai berikut.

a.

Lehe

r

b.

Ba

gian bahu dan dada tulang punggung

c.

Tu

lang punggung bagian tengah

d.

Ba

gian akar, dasar atau ekor tulang punggung

Sumber: Dok. Teater Tanah Air

Gambar 7.3

Latihan Olah Tubuh,

(Menjatuhkan kepala ke belakang).

4.

Latihan kepala dan leher

a.

Ja

tuhkan kepala ke depan dengan seluruh bobotnya dan

ayunkan dari sisi ke sisi.

b.

Ja

tuhkan kepala ke kanan, ayunkan ke arah kiri melalui

bagian depan, ayunkan ke arah kanan melalui punggung.

c.

La

lukan latihan yang sama untuk “bahu”.

d.

Un

tuk tangan dan kaki, gunakan variasi rentangan.

5.

La

tihan tubuh bagian atas

Berdiri dengan kedua kaki sedikit direnggangkan dengan

jarak antara 60 sentimeter. Tekukkan lutut sedikit saja. Benamkan

seluruh tubuh bagian atas ke depan di antara kedua kaki.

Biarkan tubuh bagian atas bergantung seperti ini dan berjuntai-

juntai beberapa saat. Tegakkan kembali seluruh tubuh melalui

gerakan ruas demi ruas, sehingga kepalalah yang paling akhir

mencapai ketinggiannya dan seluruh tulang punggung melurus.

Dengan cara yang sama, coba membongkokkan tubuh ke kiri,

ke kanan, dan ke belakang.

113

Seni Budaya

6.

Latihan pinggul, lutut dan kaki

a.

Ber

diri tegak dan rapatkan kaki. Turunkan badan dengan

menekuk lutut dan kembali tegak.

b.

Ber

diri tegak dengan satu kaki, kaki yang lain julurkan ke

depan. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali

tegak. Ganti dengan kaki yang lain.

c.

Put

ar lutut ke kiri dan ke kanan. Buat berbagai variasi

dengan konsentrasi pada lutut.

7.

Seluruh batang tubuh

a.

Ber

diri dan angkat tangan kita ke atas setinggi-tingginya,

regangkan diri bagaikan sedang menguap keras merasuki

seluruh tubuh. Ketika kita mengendurkan regangan tubuh

berdesahlah dan lemaskan diri sehingga secara lemah lunglai

mendarat di lantai. Jangan mendadak, tapi biarkanlah bobot

tubuh kita sedikit demi sedikit luruh ke bawah/ke lantai.

b.

Pa

ntulkan diri dan goyangkan lengan-lengan, tangan-tangan,

lutut, kaki dan telapak kaki ketika berada di udara. Keluarkan

teriakan singkat ketika kita memantul.

8.

Berjalan

a.

Men

gkakukan tulang punggung dan rasakan betapa langkah

yang satu terpisah dari langkah lainnya.

b.

Men

dorong leher ke depan.

c.

Men

gangkat dagu.

Sumber: Dok Teater Tanah

Air

Gambar 7.4

Latihan

imajinasi, (berjalan di

jalan yang sangat lengket

dan mendorong mobil

yang mogok)

Sumber: Dok. Teater

Tanah Air

Gambar 7.5

Latihan

imajinasi, (menahan beban

dan menarik beban)

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

114

Semester 1

d.

Menunduk/menjatuhkan kepala ke depan.

e.

Men

gangkat bahu tinggi-tinggi.

f.

Men

arik bahu ke belakang.

g.

Men

jatuhkan atau membungkukkan bahu ke depan.

h.

Sam

bil menggerak-gerakkan tangan pada siku-sikunya.

i.

Mem

antul-mantulkan diri dari kaki ke kaki.

j.

Den

gan membengkokkan telapak kaki ke atas dan bertumpu

pada tumit-tumit kaki.

k.

Men

condongkan seluruh tubuh ke belakang dan perhatikan

betapa ini meninggalkan berat bobot tubuh di belakang

ketika kita melangkah maju.

9.

Berlari

B

erdiri dan tarik napas. Hembuskan napas ke depan sambil

berlari, mengeluarkan suara “haaaa” sepanjang kemampuan

napas yang dikeluarkan. Kemudian berbalik ke tempat ketika

berhenti, lalu tarik napas dan ulangi gerak lari yang sama.

Gerakan dan suara akan membentuk ungkapan atau ucapan

yang selaras. Tarik napas dalam-dalam, ketika mengeluarkan

napas larilah mundur sambil membungkukkan tubuh bagian

atas ke depan.

10.

Mel

ompat

a.

Ber

lari menuju ke suatu lompatan. Rasakan betapa sifat

memantulnya berat tubuh mengangkat kita.

b.

Ayun

kan kedua kaki sebebas-bebasnya dan lompatlah lebih

tinggi lagi.

Seluruh rangkaian latihan olah tubuh ini dilakukan dengan

menggunakan imajinasi (pikir dan rasa), dan bisa diberi variasi

dengan membunyikan musik instrumentalia.

B.

Ragam Permainan untuk Teater

1.

Menghindar dari Serangan Lebah

M

ula-mula pelatih menyuruh siswa/siswi berjalan dari

A ke B dan kembali lagi ke A. Lalu berjalan lagi sambil

Sumber: Dok. Teater

Tanah Air

Gambar 7.6

Latihan

imajinasi, (berjalan di

jalan yang sangat licin dan

melihat dari ketinggian)

115

Seni Budaya

membayangkan ada seekor Kumbang/Tawon menyerang. Setiap

siswa/siswi harus menghindar dari serangan Kumbang/Tawon

itu. Latihan dilanjutkan dengan membayangkan Kumbang/

Tawon-nya 5, 10, 50, 100 dan seterusnya. Kemudian siswa/

siswi disuruh menjadi lebahnya.

2.

Ja

lan yang Licin

Masing-masing anak membayangkan berjalan di jalan yang

licin. Jaraknya ditentukan oleh pelatih. Misalnya, dari sudut A ke

B yang berjarak 10 – 20 meter. Apa pun yang dilakukan anak-

anak adalah yang terbaik. Jangan disalahkan. Yang salah adalah

bila ada anak yang meniru apa yang dilakukan temannya. Dalam

latihan seperti ini, yang dihindari adalah meniru. Pelatih harus

membebaskan anak-anak. Biarlah mereka berlaku berdasarkan

imajinasinya masing-masing.

Variasi dari latihan ini, ialah:

a.

Ber

jalan di jalan yang lengket.

b.

Ber

jalan di jalan yang berlubang.

c.

Ber

jalan di jalan banjir.

d.

Ber

jalan di jalan yang panas.

e.

Ber

jalan dengan kaki yang tidak dapat ditekuk.

f.

Ber

jalan dengan kaki yang tidak dapat diluruskan.

C.

Merancang Karya Teater dari Naskah

Adaptasi

Sumber: Dok. Don Zolidis

Gambar 7.8

The Birds, karya Aristophanes. Adaptasi

oleh Don Zolidis

Berdasarkan naskah Filipina, “Mentang-mentang dari New

York” karya Marcelino Acana Jr, Noorca Marendra memindahkan

Sumber: Dok. Teater

Tanah Air

Gambar 7.7

Mengekspresikan handuk

basah yang didirikan

kemudian luruh.

Dilakukan dengan sangat

lambat.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

116

Semester 1

setting peristiwanya ke kampung Jelambar, di wilayah Jakarta

Barat. Lakon ini bercerita tentang seorang janda, Bi Atang dan

anak gadisnya, Ikah yang sok kaya. Perabotan rumahnya terdiri

dari seperangkat kursi rotan, dan sebuah radio besar.

Lakon ini sangat terbuka untuk diadaptasi ke semua propinsi

di Tanah Air, dengan memindahkan setting peristiwanya ke

daerah setempat. Dan persoalan yang diungkapkan oleh lakon

tidak berjarak dengan persoalan-persoalan di semua Negara

berkembang.

1.

Memb

entuk staf produksi

Langkah pertama yang dilakukan oleh guru pembimbing

adalah mengumpulkan semua siswa yang akan turut mendukung

pementasan, lalu membentuk staf produksi, dengan pembagian

tugas sebagai berikut:

a.

Memi

lih dan menentukan siswa yang berminat di staf artistik;

Pemain, penata musik, penata gerak, penata penata busana,

penata rias, penata dekor, dan penata cahaya.

b.

Memi

lih dan menentukan siswa yang berminat di staf

managemen; pimpinan produksi, keuangan, dana dan usaha,

dokumentasi, konsumsi dan bagian umum.

Semua yang turut mendukung pementasan harus saling

bekerjasama dengan baik. Dan untuk memperlancar kerjasama

diperlukan pembagian kerja dan batasan yang jelas mengenai

wewenang dan kewajibannya masing-masing, sehingga tidak

terjadi pertengkaran selama bekerja.

2.

Me

milih dan menentukan pemain

Setelah membaca dan memahami isi naskah, guru

pembimbing menjelaskan alur cerita dan melukiskan dan

menentukan pemain yang akan memerankan tokoh-tokoh yang

ada di dalam naskah. Caranya bisa dimulai dengan membaca

naskah secara bergiliran kemudian ditentukan pemerannya.

Atau dengan cara, siswa memilih peran yang mereka sukai,

kemudian diberi waktu untuk mempresentasikan peran yang

mereka pilih tersebut.

3.

Men

entukan Karakterisasi

Menganalisa tokoh-tokoh yang ada dalam naskah

“Mentang-mentang dari New York”. Di dalam menganalisa tokoh-

tokoh ada tiga sumber informasi mengenai karakterisasinya.

Pertama, dari keterangan yang ada di dalam naskah. Kedua,

ucapan tokoh itu sendiri. Ketiga, ucapan tokoh lain tentang

tokoh tersebut:

4.

Ika

h

Keterangan di dalam naskah menyebutkan; - “Ikah muncul,

Ia mengenakan gaun yang mengsankan dihiasi kulit binatang

117

Seni Budaya

berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya mengayun-ayunkan

sehelai sapu tangan sutra yang selalu dilambai-lambaikan apabila

berjalan atau bicara, tangan lainnya menjepit pipa rokok yang

panjang, dengan rokoknya yang belum dinyalakan. Dan inilah

gaya Hollywood yang gila itu”.

Kemudian, dianalisa, apa saja yang dikatakan Ikah dalam

naskah tersebut. Dan apa yang dikatakan tokoh lain tentang Ikah.

Demikian juga dalam menganalisa tokoh-tokoh lainnya,

seperti; Bi Atang, Anen, Otong dan Fatimah.

5.

Men

entukan bloking

Bloking adalah pergerak-

an atau perpindahan pemain

dari satu tempat ke tempat lain,

(misalnya, dari duduk dikursi,

berjalan untuk membuka

jendela karena udara pengap).

Kelangsungan bloking pemain

didasarkan pada nilai-nilai

komposisi panggung dengan

mempertimbangkan “motif ”

atau alasan bergerak.

Ada pun alasan untuk bergerak ada dua sumbernya.

Yaitu; berdasarkan alasan kewajaran dan alasan kejiwaan.

Contoh dari alasan kewajaran: dalam percakapan di ruang tamu,

seseorang berujar, “panas betul siang ini!” kemudian berjalan

ke arah jendela dan membukanya. Atau berjalan dulu ke arah

jendela dan membukanya, baru berkata, “panas betul siang ini!”

Contoh alasan kejiwaan: adalah saat seseorang mengekspresikan

ketakutan kemudian mengerutkan badannya. Atau saat seseorang

melompat untuk mengekspresikan kegembiraan.

Inti dari mendengar di dalam seni peran adalah menanggapi.

Adapun menanggapi itu ada tiga: 1) menanggapi lawan main; -

ekspresi dari percakapan dua orang atau lebih di dalam sebuah

pementasan drama. 2) menanggapi sifat adegan; - merupakan

ekspresi dari tokoh lakon yang menyesuaikan diri dengan sifat

adegan sedih atau gembira, yang sedang berlangsung dalam

sebuah pementasan. 3) menanggapi lingkungan adegan; - ini

berhubungan dengan setting peristiwa. Misalnya, adegan sedang

berlangsung di puncak gunung, di malam hari yang dingin,

pemeran yang muncul, kemudian mengerutkan tubuhnya.

6.

Ta

ta Rias

Bagi pelajar, sering dijumpai penokohan yang usianya

lebih tua dari usia mereka; - seperti peran ibu, bapak, lurah,

dokter, raja, ratu, dst. Karenanya, diperlukan tata rias untuk

Sumber: Dok. Teater

Tanah Air

Gambar 7.9

Pementasan

“Bunga Semerah Darah”,

karya Rendra. Sutradara

Jose Rizal Manua.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

118

Semester 1

mendekatkan siswa pada tokoh yang mereka perankan. Tata rias

yang berdasar pada penokohan ini disebut Tata rias karakter.

7.

Tata Busana

T

ata busana yang dimaksud adalah tata busana untuk

kebutuhan penokohan. Sumber dari tata busana penokohan

adalah naskah lakon yang akan dipentaskan. Misalnya, bagaimana

busana yang dikenakan oleh tokoh Ikah digambarkan; - “Ikah

muncul, ia mengenakan gaun yang mengesankan dihiasi

kulit binatang berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya

mengayun-ayunkan sehelai sapu tangan sutra yang selalu

dilambai-lambaikan apabila berjalan atau bicara. Dan inilah

gaya Hollywood yang gila itu”.

8.

Tata Pentas

T

ata Pentas yang dimaksud adalah segala sesuatu (termasuk

set dekor) yang diatur berdasarkan kebutuhan pengadeganan.

Misalnya, untuk set dekor untuk naskah lakon “Mentang-mentang

dari New York”: Ruang tamu di rumah keluarga Bi Atang di

Sumber: Dok. Sharon

Eberson, Pittsburgh Post-

Gazette

Gambar 7.11

Tata busana

kekinian, berdasarkan “Les

Miserables” karya Victor

Hugo.

Sumber: Dok. Kemdikbud

Gambar 7.10

Tata rias

karakter.

119

Seni Budaya

kampung Jelambar. Pintu depannya di sebelah kanan, jendela

sebelah kiri, di sebelah pentas ini, ada seperangkat kursi rotan, di

sebelah kanan ada radio besar yang merapat ke dinding belakang.

Di tengah dinding itu ada sebuah pintu yang menghubungkan

ruang tamu dengan bagian dalam rumah itu.

9.

Ta

ta Cahaya

Tata cahaya adalah kualitas penyinaran berdasarkan suasana

adegan. Misalnya untuk kebutuhan pementasan “Mentang-mentang

dari New York”:

Pagi hari

, ketika layar di buka, terdengar pintu depan

diketuk orang, Bi Atang muncul dari pintu tengah sambil melepaskan

apronnya, dan bersungut-sungut. Tata cahaya menggambarkan

suasana pagi melalui kombinasi penyinaran dari lampu-lampu

spot yang diberi

gelatin

(warna cahaya).

Sumber: Dok. Peter Marks, The Telegraph

Gambar 7.12

Tata Cahaya pementasan “

Wa r Ho r s e

”, di Opera House Kennedy Center, New York, 2012.

Adaptasi dari naskah Michael Morpurgo, oleh Nick Stafford.